Tapi OS utama yang saya gunakan sehari hari itu adalah macOS.
Kenapa terperosok mengunakan macOS sebagai OS utama sehari hari saya, ini semua di mulai ketika saya ingin laptop yang bisa jalan dengan lancar mengunakan OS non windows di tahun 2010, walaupun sebelumnya sudah pernah pakai macOS tapi bukan utama dan bukan pribadi, hanya coba coba saja punya keluarga. Waktu itu saya lagi tergila gila sama *nix, main desktop saya itu ubuntu.
Ketika saya pakaikan ubuntu ke laptop windows saya, graphic nya tidak terinstall dengan baik, jadi pelan sekali di bandingkan di desktop. Jadi berburu lah saya cari laptop yang graphic cardnya sesuai dengan ubuntu, tidak ketemu ketemu sampai ahkirnya saya pasrah dan beli MBP 2011, karena ubuntu laptop saya sudah tidak nyaman sekali di pakai, akibat ubuntu mulai aneh aneh kasih graph yang berat, dan mau kembali ke windows, waktu itu saya merasakan ke efesienan *nix jauh superior terutama untuk network, jadi saya tidak mau kembali ke windows. Masak mau ssh saja harus pakai putty 😱
Karena basis os X itu *nix jadi saya familiar dengan perintah perintah terminal, jadi ahkirnya saya pakai macOS, dan kemudian, saya makin terperosok ke ekosistem Apple karena mengunakan produk produk Apple lainnya yang ahkirnya manja dengan kemudahan sync antara semua produk Apple.
Tapi satu yang harus saya akui, built quality. Sebelum pakai Apple, saya ganti laptop maks tiap 3 tahun, namun pakai MBP 2011 itu baru saya ganti bukan karena pelan, tapi karena matot tahun lalu kurang lebih, jadi lebih 11 tahun dia bersama saya, yang sangking tuanya, homebrew sudah tidak bisa di pakai harus pakai macports. Saya ganti dengan MBP m1 pro 14 inch, walaupun sebenarnya saya agak kuatir dengan masalah SSD tidak bisa di upgrade, karena part ini pasti rusak suatu saat nanti apalagi saya heavy user. Tapi lirik lirik Thinkpad juga sama saja, dan waktu tunggu barang yang saya mau harus nunggu 2 minggu padahal saya butuh cepat dan tidak punya pengganti disaat itu.
Jadi saya pakai macOS bukan buat gaya, tapi karena memang kebutuhan, built quality hardware maupun software dan karena sudah terlalu dalam terperosok dalam ekosistem. Untung saja saja saat ini semua yang saya butuhkan untuk beraktivitas, bisa di lakukan di macOS.
Ehm jadi ingat ada kawan beli macbook air di 2013 an hanya untuk gaya duduk di coffe shop, padahal tidak ada internet dan paling dia hanya nonton saja di laptop itu, dan dia tidak familiar dengan os X tepuk jidat
Nyoba pernah om, keluarga ada yang pakai, yang saya suka kalau dulu, lebih mudah di obrak abriknya kalau thinkpad, setidak tidaknya bisa ganti ssd yang pasti rusak, seingat saya t series yang saya incar, itu kenapa target sebelum ganti ke yang sekarang itu adalah thinkpad. Ya masalah waktu harus gantinya sebenarnya, karena tidak terencana dan butuh cepat. Kalau tidak saya bisa saja sambar thinkpad atau m1 14 yang spec nya lebih baik, sekarang saya hanya mengunakan 16 GB ram 512 GB SSD, padahal inginya lebih, tapi yang ready dan cepat adanya ini, apa boleh buat, ahkirnya pakai ini om, untuk jaga jaga saya pakai extended warranty hanya gara gara SSD yang di solder ini.
Nah itu dia om, untuk beberapa software, arm tidak jalan dengan sempurna banyakan masih x86 walaupun cepat atau lambat saya rasa akan kesana, karena makin banyak yang pakai arm kan om.
Tapi selama ada versi macOSnya walaupun x86 dengan rosseta ini bisa diakalin, tapi untuk non macOS ini yang agak bermasalah memang. Yang paling bermasalah bila ada satu software yang dibutuhkan tapi tidak ada cara agar dia jalan di arm, dan tidak ada alternativenya, ini yang repot.
Keuntungan M1 hanya karena effesiensi dan kecepatan, kalau dia compatible itu bisa terasa cepat om, waktu itu lagi diskusi via zoom sama kawan, dia pakai beefy desktop dengan GPU yang mumpuni, kita sama sama jalankan jupyter notebook yang sama, dataset yang sama, sama sama pakai anaconda, dan sama sama optimize untuk masing masing yang kita gunakan. Pass kita diskusi, saat saya run itu barang, saya cepat, terus dia bilang kok di kamu cepat, ahkirnya kita balapan, dia butuh 3 menit an, terus saya coba punya saya, saya dibawah 1 menit. Ahkirnya ya itu om, kalau kita lagi mobile, run nya malahan di saya saja, daripada rdp an, atau opsi lainnya.
Kalau boleh tahu software apa yang om butuhkan? karena biasanya akan ada saja yang bantu bikin kan kalau dia open atau "open" kayak waktu itu, awal saya mau pakai anaconda, tapi belum official native, tapi saya bisa mengunakannya sesudah cari kesana kemarin 😅 Tapi waktu test balapan sama kawan, kalau saya tidak salah ingat itu sudah native, tapi saya lupa lupa ingat.
jadi saran saya, kalau om niat pindah ke arm, coba lihat lihat dulu versi armnya, terus alternative nya, dan kalau tidak ada pilihan lain dan opsi RDP atau lainnya tidak ada, sebaiknya tunggu dulu om.
Ohya kalau software yang om maksud jalan di linux, dan dia ada versi armnya, biasanya mengunakan homebrew https://brew.sh/ ada, tapi kalau tidak, om bisa cek macport https://www.macports.org/ untuk cek apakah ada software itu.
Sama satu lagi kalau mau cek bisa jalan native apa tidak om bisa main kesini https://doesitarm.com/
Saya kebanyakan butuh container... dan VM, jadi kendala kadang. Saya belum coba emulasi X86 diatas ARM, mungkin nanti research dulu. Sementara pakai thinkpad second hand sudah mencukupi, jadi ya... begitulah
Kalau untuk VM kayaknya yang benar benar jalan mulus itu pakai parallel cuman masalahnya sekarang windows under pararel pun itu arm version, saat ini kayaknya belum ada yang bisa emulasi x86 dengan baik sepanjangan pengetahuan saya om.
Pakai docker pun yang arm version juga.
Virtualbox masih sangat awal jadi belum bisa di andalkan om.